D E S E M
B E R 2 0 2 0 | V O L . I X
DEMONSTRASI
KONTEKSTUAL
Pemimpin Dalam
Pengelolaan Sumber Daya
GURU SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Adanya ekstrakulikuler,komunitas pedagang, pengusaha rumahan, UMKM, karang taruna yang bisa diajak bekerjasama dalam pembelajaran dan pendidikan karakter.
Parungpanjang sudah cukup baik. Di sekolah sudah ada lapangan upacara, toilet siswa, kantin seklah, laboratorium IPA, Laboratorium komputer, perpustakaan dan kebun sekolah. semua sarana ini sangat bermanfaat dalam menunjang kenyamanan dan kelancaran proses pembelajaran.
Lingkungan SMPN 3 Parung Panjang berada di pedesaan. Hijau nya pepohonan membuat indah pemandangan. Di sekitar sekolah mudah ditemukan area pertanian, perkebunan dan persawahan. selain itu terdapat toko dan pasar yang bisa dijadikan sumber belajar bagi siswa.
Sumber Keuangan di SMPN 3 parung panjang selain dari dana BOS adalah koperasi. Koperasi sekolah memberikan layanan simpan pinjam bagi warga sekolah. Selain itu, sekolah memiliki kantin yang disewakan ke berapa pedagang.
Modal politik di SMPN 3 Parung panjang diantaranya adalah menjalin kerjasama dengan pihak kelurahan, kecamatan, untuk mendapatkan bantuan dari dana desa. modal lainnya menjalin kerjasama dengan puskesmas untuk melakukan penyuluhan kesehatan remaja dan pembinaan UKS. kerjasama dengan kepolisian untuk pencegahan tawuran dan penyalahgunaan narkoba.
D. Aset Agama dan Budaya
Kehidupan beragama di SMPN 3 parung panjang berjalan baik. Setiap hari siswa melakukan literasi membaca Al-quran di jam pertama. Solat duhur dilakukan di musola sekolah dan masjid dekat sekolah. kegiatan lainnya adalah kegiatan solat duha dan kultum dari para siswa setiap hari jumat. Dalam kegiatan eksul rohis juga mendapatkan prestasi. Modal ini sangat penting dalam pembentukan karakter dan displin pada siswa.
Adapun budaya positif yang dilakukan di lingkungan sekolah diantaranya 3S yaitu senyum,salam dan sapa yang dilakukan para guru dalam rangka menyambut siswa. Budaya lainnya yaitu senam tiap jumat pagi.
Pembelajaran jarak jauh secara online membuat siswa tidak memiliki semangat untuk melakuakn pembelajaran Tugas yang diberikan guru hanya dikerjakan oleh 20% siswa. Keterlambatan menyelesaikan tugas di atas 75 %. Hal ini tentu jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan buruk dan tujuan Pendidikan tidak tercapai. Oleh karena itu perl dibuat kesepakatan kelas bagi pengumpulan tugas, sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.
Kesepakatan kelas merupakan kesepakatan yang dibuat oleh guru dan siswa atas kesepakatan Bersama. Tujuan dibautanya kesepakatan kelas ini adalah untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran, terutama kedisplinan dalam mengumpulkan tugas . Adapun tahapan yang dilakukan adalah:
"Bagaimana meningkatkan kompetensi literasi murid? " merupakan sebuahpertanyaan yang menjadi pemicu untuk melaksanakan kegiatan literasi secara menarik dan menyenangkan. Dengan kegiatan ini diharapkan murid mampu untuk memahami informasi yang tersedia sehingga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu berdasarkan hasil pengolahan data yang tersedia, murid menjadi gemar membaca, meningkatan keberanian dan kreativ.
Bagaimana kegiatan ini dilaksanakan?
Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, pada tahapan pertama dilakukan tahapan seleksi di masing-masing kelas kegiatan pada tahap ini adalah membaca buku fiksi/nonfiksi sebanyak 3 buku, membuat produk resume dari buku yang di baca, membuat video menceriatakan kembali isi buku yang di baca, hasil seleksi adalah 5 terbaik yang akan mewakili kelas dalam kegiatan Jambore Literasi Sekolah.
Dalam program yang berdampak pada murid diharapkan memanfaatkan aset yang dimiliki oleh sekolah sehingga dalam pelaksanaannya program tersebut akan mudah dilakukan karena dilaksanakan berdasarkan aset yang miliki. untuk itu pemetaan aset menjadi sangat penting dalam merencanakan sebuah program yang disusun.
Melalui Pemetaan Aset Sekolah akan dapat menentukan dan mengidentifikasi aset apa saja yang dapat digunakan untuk menunjang keterlaksanaan program yang dibuat. sehingga sekolah akan mengenal potensi-potensi yang ada serta kemungkinan-kemungkinan program yang dapat dijalankan.
Aset/modal yang dmiliki oleh sekolah merupakan sebuah kekuatan yang yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksaan program untuk mencapai keberhasilan program yang dijalankan. dengan demikian sekolah dapat menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif dalam menyusun sebuah Program melalui tahapan BAGJA.
hal yang menjadi menarik adalah bagaimana pemetaan aset yang menjadi sebuah kekuatan sekolah diterapkan pada pendekatan inkuri apresiatif untuk menciptakan sebuah program yang dapa memberikan dampak secara langsung pada murid sehingga menciptakan sebuah lingkungan merdeka belajar diaman semua murid dapat menjadi aset dan dapat mengekspresikan apa yang dimilikinya dan terlibat secara langsung dalam program dan dapat memberikan kesann dan pengalam yang tak terlupakan bagi muridd
Dengan memanfaatkan aset yang ada dapat menciptakan kolaborasi antar warga sekolah untuk mencapai lingkungan belajar yang ideal bagi murid-murid dalam melaksanakan pembelajaran yang merdeka. SD Negeri Ciomas 02 memiliki aset yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan di SD Negeri Ciomas 02.
SD Negeri Ciomas 02 memliki guru yang kreatif serta ulet dan juga memiliki pengalaman dalam membuat kerajinan. beberapa murid sering menyimpan barang-barang bekas untuk dimanfaatkan kembali serta lingkungan SDN Ciomas 02 yang kurang peduli terhadap sampah. berawal dari pemikiran bagaimana meningkatkan kreatifitas siswa dalam memanfaatkan benda-benda yang sudah tidak terpakai menjadi lebih bermanfaat sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah?. dengan peluang yang ada seta modal yang dimiliki maka di inisiasi sebuah program palaksanaan pameran karya-karya murid dari barang bekas.
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Program pendidikan Guru Penggerak merupakan serangkaian kegiatan pendidkan yang dilaksanakan untuk membentuk guru-guru yang mampu membuat dan menggerakan komunitas belajar yang ada disekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak kepada murid di sekolah guna membentuk profil pelajar pancasila.
Pada modul 3.1 calon guru penggerak mempelajari konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. sebagaimana kita sadari bahwa guru merupakan pemimpin pembelajaran bagi setiap murid-muridnya didalam kelas. tetntunya sebagai seorang guru akan menemukan berbagai kondisi dan situasi yang mengharuskan guru tersebut untuk mengambil keputusan yang akan diimplemtasikan dalam sebuah tidakan untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sebagai manusia tentunya guru juga memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dimana keterbatasan tersebut akan membatasi segala tindakannya terutama ketika dihadapkan kepada sebuah dilema etika (Dilema antara Benar vs Benar). Dilema Etika merupakan sebuah dilema yang dihadapkan antara dua hal yang berlawanan namun kedua hal tersebut merupakan hal-hal yang benar.
Pada modul ini dipelajari tentang 4 jenis paradigma dilema etika, tiga prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian pemnngambilan keputusan.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran ketika saya dihadapkan dalam sebuah dilema etika hendanya saya harus mengetahui terlebih dahulu jenis dilema apa yang saya hadapi dengan berpedoman pada empat paradigma yang dipelajari saya akan menganalisis paradigma apa yang sedang dihapi. sehingga saya dapat mempertimbangakan opsi-opsi keputusan yang akan di ambil beserta dampaknya berdasarkan pada 3 jenis prisip dalam pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian keputusan untuk melakukan penilaian apakah keputusan yang diambil sudah tepat atau belum. tentunya hal ini dapat dilakukan sendiri maupun dengan dukungan orang-orang yang terlibat didalamnya sehingga opsi yang ada akan menjadi lebih beragam.
Bagaimana penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? kita sebagai guru (Pemimpin pembelajaran) setiap kali dihadapkan dengan dilema etika tentunya dalam pengambilan keputusan harus melewati pengujian terhadap keputusan dengan mempertimbangkan dampak dan resiko yang akan terjadi jika kepetusuna tersebut di ambil. baik dilema dengan Kolega, Lingkungan maupun murid-murid kita di kelas. dan ini harus dilakuakn dengan cepat namun tidak mengabaikan 9 tahapan pengujiandan pengambilan keputusan serta mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan.
Dalam membuat program ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tahapan membuat program mulai dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi. Untuk lebih mempertajam pemahaman Anda tentang program sekolah yang berdampak pada murid, Anda akan disuguhi video tentang bentuk-bentuk program sekolah yang berdampak pada murid. Setelah menonton video ini diharapkan dapat mengidentifikasi apakah program yang selama ini dibuat sudah berdampak pada murid.
Setelah mengetahui bentuk program yang berdampak pada murid, selanjutnya Anda diberikan keterampilan tentang tahap-tahap membuat program dalam sebuah video animasi.
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, terlahir ke dunia. Sebagai seorang aktivis pendidikan pada masa penjajahan Belanda, beliau sangat memahami apa saja yang dibutuhkan bagi pengembangan Sumber Daya Manusia di bumi nusantara tercinta ini. Tentu beliau belum bicara masalah kurikulum berbasis kompetensi, atau sertifikasi bagi para guru yang mengajar di sekolah Taman Siswa.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Individu lawan masya
rakat (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pengambilan sebuah keputusan didasari tiga prinsip utama. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Melakukan Prinsip Resolusi.
Investigasi Opsi Trilema.
Buat Keputusan.
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.
Materi yang dipelajari pada modul 2 saling berhubungan dan berkaitan dengan modul sebelumnya. Pada modul modul 2 mempelajari pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional serta coaching.
melalui proses coaching murid murid di tuntun agar dapat mengenali potensi dan mengembangkannya dengan kesadaran penuh sebagai hasil dari pembelajaran sosial emosional sehingga segala keputusan yang diambilnya untuk mengembangkan potensi dapat di laksanakan dengan penuh tanggung jawab. pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh murid dari hasil coaching. sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu murid mencapai keberhasilan dalam pembelajaran karena murid diberikan layanan sesuai dengan kebutuhannya.
Pendidikan Guru Penggerak modul 2 membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi, Kompetensi Sosial Emosional dan Coaching.
Pada kesempatan ini Guguru Kaguru akan menjelaskan sedikit tentang pembelajaran Berdiferensiasi. dan Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional.
pembelajaran berdiferensi merupakan modifikasi pembelajaran dengan memberikan perbedaan kepada setiap individu-individu murid dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid. perbedaan yang dimaksud ditekankan kepada perbedaan konten, proses dan/atau produk/hasil pemahaman yang di berikan dan diminta guru kepada murid untuk memahami materi yang dipelajari sedangkan Pembelajaran Sosial Emosional merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan pengembangan kemampuan murid dalam mengenali keadaan dirinya saat ini (mindfullnes) dan juga kemampuan berempati.
Berikut ini contoh pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru.
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.
Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya.
Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.
Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa.

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi.
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:
Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran