My Blog

Latest blog

D E S E M B E R 2 0 2 0 | V O L . I X

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

GURU SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Pada umumnya pengelolaan sumber daya sekolah menggunakan pendekatan fokus pada masalah. Pendekatan ini disebut pendekatan berbasis masalah atau kekurangan (Deficit Based Thinking). Cara berpikir dari pendekatan ini melihat dari segi negatif. Apa yang salah, apa yang kurang dan apa harus diperbaiki. Secara tidak sadar, potensi yang dimiliki tidak terlihat dan tidak termanfaatkan dengan optimal. Sudah waktunya kita berubah. Gunakanlah pendekatan berbasis asset (Asset Based Thingking). Pendekatan yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer yaitu seorang psikolog yang mempelajari kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini mengajarkan untuk menggunakan kekuatan yang kita miliki untuk menjadi lebih baik 


A.Aset Manusia

  1. Pendidik : Penuh dedikasi dengankualifikasi S1 sesuai dengan bidangnya
  2. Siswa: Memiliki potensi realigiusyang tinggi dan mudah diarahkan

 

Adanya ekstrakulikuler,komunitas pedagang, pengusaha rumahan, UMKM, karang taruna yang bisa diajak bekerjasama dalam pembelajaran dan pendidikan karakter.

Parungpanjang sudah cukup baik. Di sekolah sudah ada lapangan upacara, toilet siswa, kantin seklah, laboratorium IPA, Laboratorium komputer, perpustakaan dan kebun sekolah. semua sarana ini sangat bermanfaat dalam menunjang kenyamanan dan kelancaran proses pembelajaran.

 

B. Aset LIngkungan

Lingkungan SMPN 3 Parung Panjang berada di pedesaan. Hijau nya pepohonan membuat indah pemandangan. Di sekitar sekolah mudah ditemukan area pertanian, perkebunan dan persawahan. selain itu terdapat toko dan pasar yang bisa dijadikan sumber belajar bagi siswa.

B Aset Finansia

Sumber Keuangan di SMPN 3 parung panjang selain dari dana BOS adalah koperasi. Koperasi sekolah memberikan layanan simpan pinjam bagi warga sekolah. Selain itu, sekolah memiliki kantin yang disewakan ke berapa pedagang.

C. Aset Politik

Modal politik di SMPN 3 Parung panjang diantaranya adalah menjalin kerjasama dengan pihak kelurahan, kecamatan, untuk mendapatkan bantuan dari dana desa. modal lainnya menjalin kerjasama dengan puskesmas untuk melakukan penyuluhan kesehatan remaja dan pembinaan UKS. kerjasama dengan kepolisian untuk pencegahan tawuran dan penyalahgunaan narkoba.

D. Aset Agama dan Budaya

  1. Aset Agama

Kehidupan beragama di SMPN 3 parung panjang berjalan baik. Setiap hari siswa melakukan literasi membaca Al-quran di jam pertama. Solat duhur dilakukan di musola sekolah dan masjid dekat sekolah. kegiatan lainnya adalah kegiatan solat duha dan kultum dari para siswa setiap hari jumat. Dalam kegiatan eksul rohis juga mendapatkan prestasi. Modal ini sangat penting dalam pembentukan karakter dan displin pada siswa.


2. Aset Budaya

Adapun budaya positif yang dilakukan di lingkungan sekolah diantaranya 3S yaitu senyum,salam dan sapa yang dilakukan para guru dalam rangka menyambut siswa. Budaya lainnya yaitu senam tiap jumat pagi.



Latar Belakang

Pembelajaran jarak jauh secara online membuat siswa tidak memiliki semangat untuk melakuakn pembelajaran Tugas yang diberikan guru hanya dikerjakan oleh 20% siswa. Keterlambatan menyelesaikan tugas di atas 75 %. Hal ini tentu jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan buruk dan tujuan Pendidikan tidak tercapai. Oleh karena itu perl dibuat kesepakatan kelas bagi pengumpulan tugas, sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.

Deskripsi Aksi Nyata

Kesepakatan kelas merupakan kesepakatan yang dibuat oleh guru dan siswa atas kesepakatan Bersama. Tujuan dibautanya kesepakatan kelas ini adalah untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran, terutama kedisplinan dalam mengumpulkan tugas . Adapun tahapan yang dilakukan adalah:

  1. Melakukan diskusi dengan siswa di Grup WhatApp.
  2. Membuat poin-point kesepakatan kelas.
  3. Membuat Poster kesepakatan kelas.

Rencana Perbaikan

  1. Memperbaiki instrument kuisioner intrumen kuisioner lebih spesifik dan terperinci, sehingga siswa mengisinya secara detail.
  2. Meminta peran aktif semua siswa dalam membuat kesepakatan kelas.
  3. Meningkatkan komunikasi dengan siswa yang pasif dan memotivasi mereka untuk aktif berpendapat
  4. Adanya konsekuensi bagi yang melanggar kesepakatan
  5. Tidak dijelaskannya konsekuensi jika melangar kesepakatan membuat beberapa siswa melanggar kesepakatan yang telah disepakat.





Jambore Literasi merupakan kegiatan yang digagas oleh CGP Rudianto, S.Pd dari SMPN 3 Parungpanjang. kegiatan ini dilatar belakangi adanya persamaan tugas guru untuk meningkatkan kemampuan literasi murid.

"Bagaimana meningkatkan kompetensi literasi murid? " merupakan sebuahpertanyaan yang menjadi pemicu untuk melaksanakan kegiatan literasi secara menarik dan menyenangkan. Dengan kegiatan ini diharapkan murid mampu untuk memahami informasi yang tersedia sehingga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu berdasarkan hasil pengolahan data yang tersedia, murid menjadi gemar membaca, meningkatan keberanian dan kreativ.

Bagaimana kegiatan ini dilaksanakan?

Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, pada tahapan pertama dilakukan tahapan seleksi di masing-masing kelas kegiatan pada tahap ini adalah membaca buku fiksi/nonfiksi sebanyak 3 buku, membuat produk resume dari buku yang di baca, membuat video menceriatakan kembali isi buku yang di baca, hasil seleksi adalah 5 terbaik yang akan mewakili kelas dalam kegiatan Jambore Literasi Sekolah.










Program yang berdampak pada murid murupakan kegiatan/aktifitas yang dilakukan untuk  memaksimalkan potensi murid untuk menjapai tujuan yang diharapkan secara terencana. Hal ini untuk menentukan tujuan yang diharapkan agar dapat tercapai dengan berbagai aktivitas-aktivitas dan juga sumber daya yang dapat dilaksanakan.

Dalam program yang berdampak pada murid diharapkan memanfaatkan aset yang dimiliki oleh sekolah sehingga dalam pelaksanaannya program tersebut akan mudah dilakukan karena dilaksanakan berdasarkan aset yang miliki. untuk itu pemetaan aset menjadi sangat penting dalam merencanakan sebuah program yang disusun.

Melalui Pemetaan Aset Sekolah akan dapat menentukan dan mengidentifikasi aset apa saja yang dapat digunakan untuk menunjang keterlaksanaan program yang dibuat. sehingga sekolah akan mengenal potensi-potensi yang ada serta kemungkinan-kemungkinan program yang dapat dijalankan.

Aset/modal yang dmiliki oleh sekolah merupakan sebuah kekuatan yang yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksaan program untuk mencapai keberhasilan program yang dijalankan. dengan demikian sekolah dapat menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif dalam menyusun sebuah Program melalui tahapan BAGJA.

hal yang menjadi menarik adalah bagaimana pemetaan aset yang menjadi sebuah kekuatan sekolah diterapkan pada pendekatan inkuri apresiatif untuk menciptakan sebuah program yang dapa memberikan dampak secara langsung pada murid sehingga menciptakan sebuah lingkungan merdeka belajar diaman semua murid dapat menjadi aset dan dapat mengekspresikan apa yang dimilikinya dan terlibat secara langsung dalam program dan dapat memberikan kesann dan pengalam yang tak terlupakan bagi muridd

KARYA DARI BARANG BEKAS

A. Latar Belakang Program

Menciptakan lingkungan belajara yang nyaman serta aman merupakan tanggung jawab semua warga sekolah. Warga sekolah sebagai bagian dari keutuhan ekosistem sekolah memiliki perannya masing masing untuk membangun sebuah ekosistem lingkungan belajar yang dapat mendukung ketercapaian keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. 

Dengan memanfaatkan aset yang ada dapat menciptakan kolaborasi antar warga sekolah untuk mencapai lingkungan belajar yang ideal bagi murid-murid dalam melaksanakan pembelajaran yang merdeka. SD Negeri Ciomas 02 memiliki aset yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan di SD Negeri Ciomas 02. 

SD Negeri Ciomas 02 memliki guru yang kreatif serta ulet dan juga memiliki pengalaman dalam membuat kerajinan. beberapa murid sering menyimpan barang-barang bekas untuk dimanfaatkan kembali serta lingkungan SDN Ciomas 02 yang kurang peduli terhadap sampah. berawal dari pemikiran bagaimana meningkatkan kreatifitas siswa dalam memanfaatkan benda-benda yang sudah tidak terpakai menjadi lebih bermanfaat sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah?. dengan peluang yang ada seta modal yang dimiliki maka di inisiasi sebuah program palaksanaan pameran karya-karya murid dari barang bekas.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Program pendidikan Guru Penggerak merupakan serangkaian kegiatan pendidkan yang dilaksanakan untuk membentuk guru-guru yang mampu membuat dan menggerakan komunitas belajar yang ada disekolah untuk  mewujudkan merdeka belajar dan mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak kepada murid di sekolah guna membentuk profil pelajar pancasila.

Pada modul 3.1 calon guru penggerak mempelajari konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. sebagaimana kita sadari bahwa guru merupakan pemimpin pembelajaran bagi setiap murid-muridnya didalam kelas. tetntunya sebagai seorang guru akan menemukan berbagai kondisi dan situasi yang mengharuskan guru tersebut untuk mengambil keputusan yang akan diimplemtasikan dalam sebuah tidakan untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.

Sebagai manusia tentunya guru juga memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dimana keterbatasan tersebut akan membatasi segala tindakannya terutama ketika dihadapkan kepada sebuah dilema etika (Dilema antara Benar vs Benar). Dilema Etika merupakan sebuah dilema yang dihadapkan antara dua hal yang berlawanan namun kedua hal tersebut merupakan hal-hal yang benar.

Pada modul ini dipelajari tentang 4 jenis paradigma dilema etika, tiga prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian pemnngambilan keputusan.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran ketika saya dihadapkan dalam sebuah dilema etika hendanya saya harus mengetahui terlebih dahulu jenis dilema apa yang saya hadapi dengan berpedoman pada empat paradigma yang dipelajari saya akan menganalisis paradigma apa yang sedang dihapi. sehingga saya dapat mempertimbangakan opsi-opsi keputusan yang akan di ambil beserta dampaknya berdasarkan pada 3 jenis prisip dalam pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian keputusan untuk melakukan penilaian apakah keputusan yang  diambil sudah tepat atau belum. tentunya hal ini dapat dilakukan sendiri maupun dengan dukungan orang-orang yang terlibat didalamnya sehingga opsi yang ada akan menjadi lebih beragam.

Hal yang paling penting menurut saya adalah sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan  dimana dengan melakukan sembilan tahapan tersebut dengan baik diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik. sehingga dilema sejenis ini tidak akan dijumpai lagi dalam pengambilan keputusan yang akan datang.

Bagaimana penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? kita sebagai guru (Pemimpin pembelajaran) setiap kali dihadapkan dengan dilema etika tentunya dalam pengambilan keputusan harus melewati pengujian terhadap keputusan dengan mempertimbangkan dampak dan resiko yang akan terjadi jika kepetusuna tersebut di ambil. baik dilema dengan Kolega, Lingkungan maupun murid-murid kita di kelas. dan ini harus dilakuakn dengan cepat namun tidak mengabaikan 9 tahapan pengujiandan pengambilan keputusan serta mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan.



 I. Pendahuluan

Dalam membuat program ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tahapan membuat program mulai dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi. Untuk lebih mempertajam pemahaman Anda tentang program sekolah yang berdampak pada murid, Anda akan disuguhi video tentang bentuk-bentuk program sekolah yang berdampak pada murid. Setelah menonton video ini diharapkan dapat mengidentifikasi apakah program yang selama  ini dibuat sudah berdampak pada murid.

Setelah mengetahui bentuk program yang berdampak pada murid, selanjutnya Anda diberikan keterampilan tentang tahap-tahap membuat program dalam sebuah video animasi.

Diharapkan setelah Anda menonton video animasi tentang tahapan membuat program, Anda dapat mulai merancang program sekolah yang berdampak pada murid.  Di akhir sesi eksplorasi konsep ini, akan diberikan materi yang berbentuk artikel yang mengupas tentang strategi monitoring, evaluasi, pembelajaran, dan pelaporan. 

Program Sekolah yang berfokus pada kepemimpinan murid


Kepemimpinan kepala sekolah yang inovatif


Contoh program sekolah Adiwiyata

Contoh sekolah alam


Contoh Program yang melibatkan peran serta masyarakat


Tahapan pembuatan program menggunakan metode BAGJA



II. MELR: Monitoring, Evaluation, Learning, Reporting (Monitoring, Evaluasi Pembelajaran, Laporan)


A. MONITORING DAN EVALUASI (Monitoring and Evaluation)

Monitoring dan evaluasi adalah suatu aktivitas yang sangat penting untuk mendukung tercapainya suatu tujuan dari proyek atau program yang dilakukan. Kertsy Hobson, dkk (2013) dalam buku yang berjudul “A Step by Step Guide to Monitor and Evaluation”, Hobson dkk menjelaskan bahwa monitoring adalah proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah proyek atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodik pada satu proyek atau program yang telah selesai. Biasanya kegiatan evaluasi melibatkan penilai luar yang independen.

Monitoring dan evaluasi, atau lebih mudah disingkat dengan M&E, perlu disinergikan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan, dan refleksi. Ketiga aktivitas ini menjadi sebuah siklus yang dapat dilakukan berulang-ulang. Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, Kertsy Hobson menawaran dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman:

Pertama, mengapa perlu melakukan monitoring dan evaluasi? Tahap awal sebelum melakukan monitoring dan evaluasi adalah mengetahui alasan mengapa monitoring dan evaluasi dibutuhkan. Banyak hal positif yang bisa diperoleh dari aktivitas monitoring dan evaluasi.

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, terlahir ke dunia. Sebagai seorang aktivis pendidikan pada masa penjajahan Belanda, beliau sangat memahami apa saja yang dibutuhkan bagi pengembangan Sumber Daya Manusia di bumi nusantara tercinta ini. Tentu beliau belum bicara masalah kurikulum berbasis kompetensi, atau sertifikasi bagi para guru yang mengajar di sekolah Taman Siswa. 

Dalam memberikan prinsip dasar pengajaran di sekolah Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara memberikan filosofi yang dijadikan pedoman bagi seorang seluruh guru yang diperkenalkan sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh beliau setelah mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh tokoh pendidikan dari Italia yaitu Maria Montessori dan Rabindranath Tagore dari India. Filosofi Patrap Triloka ini memiliki unsur-unsur yang disampaikan dalam bahasa Jawa, sebagai berikut:
  1. Ing ngarsa sung tulada artinya (yang) di depan memberi teladan,
  2. Ing madya mangun karsa artinya (yang) di tengah membangun kemauan/inisiatif, dan
  3. Tut wuri handayani , artinya (yang) dari belakang harus mendukung.
Dengan filosofi Patrap Triloka ini yang maknanya justru kita harus membangun sikap dan perilaku yang baik dan dapat mendukung pengembangan ketrampilan dan pengetahuan. Coba kita renungkan dan maknai setiap kalimat dalam Patrap Triloka ini.

Ing ngarsa sung tulada artinya (yang) di depan memberi teladan, berarti yang dianggap sebagai pimpinan, baik pimpinan pendidikan yaitu guru, dosen dan pengajar lainnya harus dapat memberikan teladan bagi yang mengikutinya yaitu para murid, mahasiswa dan masyarakat lainnya. Berat sekali menjadi panutan.

Ing madya mangun karsa artinya (yang) di tengah membangun kemauan/inisiatif, berarti semua elemen pendidikan baik sang guru, dosen, pengajar, murid, mahasiswa dan masyarakat harus memiliki sikap membangun, mengembangkan sesuatu yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, tidak hanya menunggu arahan kebijakan dari pemimpin negara atau daerah.

Yang terakhir tut wuri handayani , (yang) dari belakang harus mendukung, berarti jika kita dalam suatu waktu hanya bisa sebagai pengikut bukan sebagai penggagas program atau aturan yang baik, maka wajib bagi kita untuk mendukung program kegiatan tersebut, bukannya malah merecoki, menyindir tanpa usaha, mengkritik tanpa saran!

Filosofis Patrap Triloka merupakan pedoman bagi seorang guru dalam bertindak untuk mengembangkan potensi diri murid agar maksimal. Dengan demikian dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh guru harus dapat memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. sehingga sebagai pemimpin pembelajaran dituntut agar dapat mengambil setiap keputusan yang harus dilakukan dalam setiap tindakan dengan maksud dapat membangkitkan potensi setiap murid.

Setiap guru yang menjadi pemimpin pembelajaran dikelasnya menghadapi individu-individu murid yang memiliki karakter, potensi dan juga kesiapan yang berbeda-beda. Seorang guru juga menghadapi berbagai aturan yang harus ditaati dan terkadang hal tersebut menimbulkan dilema etika.

Nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang guru dapat mempengaruhi dalam menerapkan prinsip -prinsip pengambilan keputusan. sebagai contoh sorang guru yang memiliki rasa peduli yang tinggi kepada muridnya tentunya akan banyak mengambil keputusan dengan prinsip rasa peduli, sedangkan guru yang taat akan aturan tentunya guru tersebut akan mengutamakan prinsip aturan dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukannya. 

salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan melalui Coaching oleh diri sendiri. untuk menemukan dan sekalis menguji keputusan yang diambil dengan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian kita akan mampu mengidentifikasi keadaan yang terjadi saat ini serta menemukan kemungkinan-kemungkinan terbaik yang dapat diambil serta mengujinya dengan berbagai opsi-opsi yang ada. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Karena keputusan tersebut dapat didukung oleh kekuatan yang kita miliki sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.
 
Sebagai  pemimpin pembelajaran (Guru) ketika menghadapi malah moral dan etika hendaknya pemimpin tersebut dapat menempatkan dirinya di mana ketika dapat menjadi seorang contoh harus dapat memberikan contoh yang yang baik sebagai panutan. ketika dapat membersamai seorang guru harus dapat membangun inisiatif belajar murid-muridnya. dan dapat mendorongnya dari belakang.

dengan pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan kondisi yang diharapkan guna mencapai tujuan yang baik sehingga mampu menciptakan lingkungan yang positif., kondusif aman dan nyaman bagi seluruh warga komunitas sekolah.

Beberapa kasus dilema etika yang dihadapi terkadang dalam pengambilan keputusannya sulit dilaksanakan karena terkadang individu-individu guru juga mengalami perubahan cara pendang terhadap sebuah permasalahan yang menyebabkan kesulitan dalam mengambil keputusan sehingga sangat penting dalam mengambil keputusan berpedoman kepada 3 prinsip  pengambilan keputusan. ketiga prinsip tersebut yakni;
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dengan berpedoman pada ketiga prinsip tersebut dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan sehingga diharapkan keputusan yang diambil tepat sasaran.

untuk menciptakan merdeka belajar maka pentingnya pengambilan keputusan yang baik di mana murid diberikan kebebasan dalam belajar namun harus tetap memperhatikan tujuan pembelajaran sehingga diperlukan pengambilan keputusan yang tepat untuk menentukan abagaimana murid dapat mencapai tujuan belajarnya dengan cara yang mereka kuasa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 

pemimpin pembelajaran dalam hal ini seorang guru dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi aktivitas pembelajaran sehingga dapat membuat aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan murid dan juga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. sehingga setiap individu murid-muridnya akan mencapai potensinya dengan baik dan dapat mencapai kebahagiaannya kelak. 

Dalam mengambil keputusan dalam dilema etika kita mengenal 4 Paradigma 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan Sebagai berikut :

4 Paradigma dilema etika dikategorikan seperti di bawah ini.

  1. Individu lawan masya
    rakat (individual vs community)

  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)


Pengambilan sebuah keputusan didasari tiga prinsip utama. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu.

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)


 9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

  4. Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.

  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

  6. Melakukan Prinsip Resolusi.

  7. Investigasi Opsi Trilema.

  8. Buat Keputusan.

  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.


Pentingnya mengenali berbagai bentuk dilema 4 Paradigma Dilema Etika, agar kita sebagai guru mengetahui apa yang terjadi dan memahami 3 Prinsip pengambilan keputusan untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan serta menguji keputusan tersebut dengan 9 langkah pengujian keputusan sehingga diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik dan tepat terutama dalam menyelenggarakan pendidikan sebagai pemimpin pembelajaran merdeka belajar.


Materi yang dipelajari pada modul 2 saling berhubungan dan berkaitan dengan modul sebelumnya. Pada modul modul 2 mempelajari pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional serta coaching.

Pembelajaran berdiferensiasi yang dipelajari pada modul 2.1 merupakan upaya yang dilakukan dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid yang berbeda-beda dengan melakukan diferensiasi pada konten, proses dan produk belajar yang didasari oleh hasil dari identifikasi kebutuhan belajar (Minat, kesiapan dan profil belajar murid). untuk memastikan kesuksesan belajar setiap individu murid yang berbeda-beda. sebagai mana yang sudah kita fahami bahwa anak bukanlah sebuah kertas kosong yang bisa kita isi apa saja yang diinginkan. Namun mereka seperti sebuah benih yang harus di rawat agar tumbuh sebagaimana kodratnya. dengan pembelajaran berdiferensiasi ini guru sadar akan perbedaan kodrati muridnya sehingga setiap individu memerlukan perlakukan yang berbeda untuk mencapai tumbuh kembangnya secara maksimal. hal ini sejalan dengan Filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang menekankan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga memperbaiki tingkah lakunya. 


Pada modul 2.2 membahas tentang Pembelajaran sosial emosional yang mencakup ruang lingkup rutin (kondisi yang ditentukan di luar waktu belajar akademik), terintegrasi dalam mata pelajaran dan protokol (Menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri) dengan tujuan memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati, membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab. 


Dan Pada modul 2.3 mempelajari tentang Coaching dalam konteks pendidikan yang menjadi salah satu proses menuntun kemerdekaan murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching merupakan sebuah proses mengaktivasi kerja otak murid dengan pertanyaan-pertanyaan  reflektif  yang  membuat murid lebih berpikir kritis dan mendalam hingga ia dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.

melalui proses coaching murid murid di tuntun agar dapat mengenali potensi dan mengembangkannya dengan kesadaran penuh sebagai hasil dari pembelajaran sosial emosional sehingga segala keputusan yang diambilnya untuk mengembangkan potensi dapat di laksanakan dengan penuh tanggung jawab. pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh murid dari hasil coaching. sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu murid mencapai keberhasilan dalam pembelajaran karena  murid diberikan layanan sesuai dengan kebutuhannya. 


Pendidikan Guru Penggerak modul 2 membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi, Kompetensi Sosial Emosional dan Coaching.

Pada kesempatan ini Guguru Kaguru akan menjelaskan sedikit tentang pembelajaran Berdiferensiasi. dan Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional.

pembelajaran berdiferensi merupakan modifikasi pembelajaran dengan memberikan perbedaan kepada setiap individu-individu murid dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid. perbedaan yang dimaksud ditekankan kepada perbedaan konten, proses dan/atau produk/hasil pemahaman yang di berikan dan diminta guru kepada murid untuk memahami materi yang dipelajari sedangkan Pembelajaran Sosial Emosional merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan pengembangan kemampuan murid dalam mengenali keadaan dirinya saat ini (mindfullnes) dan juga kemampuan berempati.

Berikut ini contoh pelaksanaan pembelajaran  berdiferensiasi dan KSE



pelaksanaan tersebut bedasarkan RPP sebagai Berikut.

Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.

Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:

  1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan khusus. 
  2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
  3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi. 
  4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.

Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran

 Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 

Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.

Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan  kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya. 

Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi. 

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.

Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.

Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa. 

 Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran

Hubungi Saya

Terhubung dengan Saya

Penulis

Penulis
Nurdin

Anda dapat menghubungi saya melalui berbagai saluran dibawah ini.

  • Km. 13, jln. Bunar-Parungpanjang
  • 085891118888
  • nurdin@ciomas2.sch.id
  • nurdin.ciomas2.sch.id