My Blog

Latest blog

KARYA DARI BARANG BEKAS

A. Latar Belakang Program

Menciptakan lingkungan belajara yang nyaman serta aman merupakan tanggung jawab semua warga sekolah. Warga sekolah sebagai bagian dari keutuhan ekosistem sekolah memiliki perannya masing masing untuk membangun sebuah ekosistem lingkungan belajar yang dapat mendukung ketercapaian keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. 

Dengan memanfaatkan aset yang ada dapat menciptakan kolaborasi antar warga sekolah untuk mencapai lingkungan belajar yang ideal bagi murid-murid dalam melaksanakan pembelajaran yang merdeka. SD Negeri Ciomas 02 memiliki aset yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan di SD Negeri Ciomas 02. 

SD Negeri Ciomas 02 memliki guru yang kreatif serta ulet dan juga memiliki pengalaman dalam membuat kerajinan. beberapa murid sering menyimpan barang-barang bekas untuk dimanfaatkan kembali serta lingkungan SDN Ciomas 02 yang kurang peduli terhadap sampah. berawal dari pemikiran bagaimana meningkatkan kreatifitas siswa dalam memanfaatkan benda-benda yang sudah tidak terpakai menjadi lebih bermanfaat sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah?. dengan peluang yang ada seta modal yang dimiliki maka di inisiasi sebuah program palaksanaan pameran karya-karya murid dari barang bekas.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Program pendidikan Guru Penggerak merupakan serangkaian kegiatan pendidkan yang dilaksanakan untuk membentuk guru-guru yang mampu membuat dan menggerakan komunitas belajar yang ada disekolah untuk  mewujudkan merdeka belajar dan mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak kepada murid di sekolah guna membentuk profil pelajar pancasila.

Pada modul 3.1 calon guru penggerak mempelajari konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. sebagaimana kita sadari bahwa guru merupakan pemimpin pembelajaran bagi setiap murid-muridnya didalam kelas. tetntunya sebagai seorang guru akan menemukan berbagai kondisi dan situasi yang mengharuskan guru tersebut untuk mengambil keputusan yang akan diimplemtasikan dalam sebuah tidakan untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.

Sebagai manusia tentunya guru juga memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dimana keterbatasan tersebut akan membatasi segala tindakannya terutama ketika dihadapkan kepada sebuah dilema etika (Dilema antara Benar vs Benar). Dilema Etika merupakan sebuah dilema yang dihadapkan antara dua hal yang berlawanan namun kedua hal tersebut merupakan hal-hal yang benar.

Pada modul ini dipelajari tentang 4 jenis paradigma dilema etika, tiga prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian pemnngambilan keputusan.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran ketika saya dihadapkan dalam sebuah dilema etika hendanya saya harus mengetahui terlebih dahulu jenis dilema apa yang saya hadapi dengan berpedoman pada empat paradigma yang dipelajari saya akan menganalisis paradigma apa yang sedang dihapi. sehingga saya dapat mempertimbangakan opsi-opsi keputusan yang akan di ambil beserta dampaknya berdasarkan pada 3 jenis prisip dalam pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian keputusan untuk melakukan penilaian apakah keputusan yang  diambil sudah tepat atau belum. tentunya hal ini dapat dilakukan sendiri maupun dengan dukungan orang-orang yang terlibat didalamnya sehingga opsi yang ada akan menjadi lebih beragam.

Hal yang paling penting menurut saya adalah sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan  dimana dengan melakukan sembilan tahapan tersebut dengan baik diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik. sehingga dilema sejenis ini tidak akan dijumpai lagi dalam pengambilan keputusan yang akan datang.

Bagaimana penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? kita sebagai guru (Pemimpin pembelajaran) setiap kali dihadapkan dengan dilema etika tentunya dalam pengambilan keputusan harus melewati pengujian terhadap keputusan dengan mempertimbangkan dampak dan resiko yang akan terjadi jika kepetusuna tersebut di ambil. baik dilema dengan Kolega, Lingkungan maupun murid-murid kita di kelas. dan ini harus dilakuakn dengan cepat namun tidak mengabaikan 9 tahapan pengujiandan pengambilan keputusan serta mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan.



 I. Pendahuluan

Dalam membuat program ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tahapan membuat program mulai dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi. Untuk lebih mempertajam pemahaman Anda tentang program sekolah yang berdampak pada murid, Anda akan disuguhi video tentang bentuk-bentuk program sekolah yang berdampak pada murid. Setelah menonton video ini diharapkan dapat mengidentifikasi apakah program yang selama  ini dibuat sudah berdampak pada murid.

Setelah mengetahui bentuk program yang berdampak pada murid, selanjutnya Anda diberikan keterampilan tentang tahap-tahap membuat program dalam sebuah video animasi.

Diharapkan setelah Anda menonton video animasi tentang tahapan membuat program, Anda dapat mulai merancang program sekolah yang berdampak pada murid.  Di akhir sesi eksplorasi konsep ini, akan diberikan materi yang berbentuk artikel yang mengupas tentang strategi monitoring, evaluasi, pembelajaran, dan pelaporan. 

Program Sekolah yang berfokus pada kepemimpinan murid


Kepemimpinan kepala sekolah yang inovatif


Contoh program sekolah Adiwiyata

Contoh sekolah alam


Contoh Program yang melibatkan peran serta masyarakat


Tahapan pembuatan program menggunakan metode BAGJA



II. MELR: Monitoring, Evaluation, Learning, Reporting (Monitoring, Evaluasi Pembelajaran, Laporan)


A. MONITORING DAN EVALUASI (Monitoring and Evaluation)

Monitoring dan evaluasi adalah suatu aktivitas yang sangat penting untuk mendukung tercapainya suatu tujuan dari proyek atau program yang dilakukan. Kertsy Hobson, dkk (2013) dalam buku yang berjudul “A Step by Step Guide to Monitor and Evaluation”, Hobson dkk menjelaskan bahwa monitoring adalah proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah proyek atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodik pada satu proyek atau program yang telah selesai. Biasanya kegiatan evaluasi melibatkan penilai luar yang independen.

Monitoring dan evaluasi, atau lebih mudah disingkat dengan M&E, perlu disinergikan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan, dan refleksi. Ketiga aktivitas ini menjadi sebuah siklus yang dapat dilakukan berulang-ulang. Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, Kertsy Hobson menawaran dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman:

Pertama, mengapa perlu melakukan monitoring dan evaluasi? Tahap awal sebelum melakukan monitoring dan evaluasi adalah mengetahui alasan mengapa monitoring dan evaluasi dibutuhkan. Banyak hal positif yang bisa diperoleh dari aktivitas monitoring dan evaluasi.

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, terlahir ke dunia. Sebagai seorang aktivis pendidikan pada masa penjajahan Belanda, beliau sangat memahami apa saja yang dibutuhkan bagi pengembangan Sumber Daya Manusia di bumi nusantara tercinta ini. Tentu beliau belum bicara masalah kurikulum berbasis kompetensi, atau sertifikasi bagi para guru yang mengajar di sekolah Taman Siswa. 

Dalam memberikan prinsip dasar pengajaran di sekolah Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara memberikan filosofi yang dijadikan pedoman bagi seorang seluruh guru yang diperkenalkan sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh beliau setelah mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh tokoh pendidikan dari Italia yaitu Maria Montessori dan Rabindranath Tagore dari India. Filosofi Patrap Triloka ini memiliki unsur-unsur yang disampaikan dalam bahasa Jawa, sebagai berikut:
  1. Ing ngarsa sung tulada artinya (yang) di depan memberi teladan,
  2. Ing madya mangun karsa artinya (yang) di tengah membangun kemauan/inisiatif, dan
  3. Tut wuri handayani , artinya (yang) dari belakang harus mendukung.
Dengan filosofi Patrap Triloka ini yang maknanya justru kita harus membangun sikap dan perilaku yang baik dan dapat mendukung pengembangan ketrampilan dan pengetahuan. Coba kita renungkan dan maknai setiap kalimat dalam Patrap Triloka ini.

Ing ngarsa sung tulada artinya (yang) di depan memberi teladan, berarti yang dianggap sebagai pimpinan, baik pimpinan pendidikan yaitu guru, dosen dan pengajar lainnya harus dapat memberikan teladan bagi yang mengikutinya yaitu para murid, mahasiswa dan masyarakat lainnya. Berat sekali menjadi panutan.

Ing madya mangun karsa artinya (yang) di tengah membangun kemauan/inisiatif, berarti semua elemen pendidikan baik sang guru, dosen, pengajar, murid, mahasiswa dan masyarakat harus memiliki sikap membangun, mengembangkan sesuatu yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, tidak hanya menunggu arahan kebijakan dari pemimpin negara atau daerah.

Yang terakhir tut wuri handayani , (yang) dari belakang harus mendukung, berarti jika kita dalam suatu waktu hanya bisa sebagai pengikut bukan sebagai penggagas program atau aturan yang baik, maka wajib bagi kita untuk mendukung program kegiatan tersebut, bukannya malah merecoki, menyindir tanpa usaha, mengkritik tanpa saran!

Filosofis Patrap Triloka merupakan pedoman bagi seorang guru dalam bertindak untuk mengembangkan potensi diri murid agar maksimal. Dengan demikian dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh guru harus dapat memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. sehingga sebagai pemimpin pembelajaran dituntut agar dapat mengambil setiap keputusan yang harus dilakukan dalam setiap tindakan dengan maksud dapat membangkitkan potensi setiap murid.

Setiap guru yang menjadi pemimpin pembelajaran dikelasnya menghadapi individu-individu murid yang memiliki karakter, potensi dan juga kesiapan yang berbeda-beda. Seorang guru juga menghadapi berbagai aturan yang harus ditaati dan terkadang hal tersebut menimbulkan dilema etika.

Nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang guru dapat mempengaruhi dalam menerapkan prinsip -prinsip pengambilan keputusan. sebagai contoh sorang guru yang memiliki rasa peduli yang tinggi kepada muridnya tentunya akan banyak mengambil keputusan dengan prinsip rasa peduli, sedangkan guru yang taat akan aturan tentunya guru tersebut akan mengutamakan prinsip aturan dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukannya. 

salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan melalui Coaching oleh diri sendiri. untuk menemukan dan sekalis menguji keputusan yang diambil dengan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian kita akan mampu mengidentifikasi keadaan yang terjadi saat ini serta menemukan kemungkinan-kemungkinan terbaik yang dapat diambil serta mengujinya dengan berbagai opsi-opsi yang ada. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Karena keputusan tersebut dapat didukung oleh kekuatan yang kita miliki sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.
 
Sebagai  pemimpin pembelajaran (Guru) ketika menghadapi malah moral dan etika hendaknya pemimpin tersebut dapat menempatkan dirinya di mana ketika dapat menjadi seorang contoh harus dapat memberikan contoh yang yang baik sebagai panutan. ketika dapat membersamai seorang guru harus dapat membangun inisiatif belajar murid-muridnya. dan dapat mendorongnya dari belakang.

dengan pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan kondisi yang diharapkan guna mencapai tujuan yang baik sehingga mampu menciptakan lingkungan yang positif., kondusif aman dan nyaman bagi seluruh warga komunitas sekolah.

Beberapa kasus dilema etika yang dihadapi terkadang dalam pengambilan keputusannya sulit dilaksanakan karena terkadang individu-individu guru juga mengalami perubahan cara pendang terhadap sebuah permasalahan yang menyebabkan kesulitan dalam mengambil keputusan sehingga sangat penting dalam mengambil keputusan berpedoman kepada 3 prinsip  pengambilan keputusan. ketiga prinsip tersebut yakni;
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dengan berpedoman pada ketiga prinsip tersebut dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan sehingga diharapkan keputusan yang diambil tepat sasaran.

untuk menciptakan merdeka belajar maka pentingnya pengambilan keputusan yang baik di mana murid diberikan kebebasan dalam belajar namun harus tetap memperhatikan tujuan pembelajaran sehingga diperlukan pengambilan keputusan yang tepat untuk menentukan abagaimana murid dapat mencapai tujuan belajarnya dengan cara yang mereka kuasa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 

pemimpin pembelajaran dalam hal ini seorang guru dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi aktivitas pembelajaran sehingga dapat membuat aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan murid dan juga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. sehingga setiap individu murid-muridnya akan mencapai potensinya dengan baik dan dapat mencapai kebahagiaannya kelak. 

Dalam mengambil keputusan dalam dilema etika kita mengenal 4 Paradigma 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan Sebagai berikut :

4 Paradigma dilema etika dikategorikan seperti di bawah ini.

  1. Individu lawan masya
    rakat (individual vs community)

  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)


Pengambilan sebuah keputusan didasari tiga prinsip utama. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu.

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)


 9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

  4. Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.

  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

  6. Melakukan Prinsip Resolusi.

  7. Investigasi Opsi Trilema.

  8. Buat Keputusan.

  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.


Pentingnya mengenali berbagai bentuk dilema 4 Paradigma Dilema Etika, agar kita sebagai guru mengetahui apa yang terjadi dan memahami 3 Prinsip pengambilan keputusan untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan serta menguji keputusan tersebut dengan 9 langkah pengujian keputusan sehingga diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik dan tepat terutama dalam menyelenggarakan pendidikan sebagai pemimpin pembelajaran merdeka belajar.

Hubungi Saya

Terhubung dengan Saya

Penulis

Penulis
Nurdin

Anda dapat menghubungi saya melalui berbagai saluran dibawah ini.

  • Km. 13, jln. Bunar-Parungpanjang
  • 085891118888
  • nurdin@ciomas2.sch.id
  • nurdin.ciomas2.sch.id